Belum berhasil melewati babak kualifikasi, akan tetapi bola Made in Indonesia sudah beberapa kali ikut serta merayakan perhelatan paling besar sepakbola itu dengan memasok bola ke Piala Dunia.
Olahraga sepakbola memang olahraga yang paling banyak penggemarnya dan paling banyak menyedot perhatian manusia di seluruh dunia.
Berhubungan dengan itu, Indonesia mendapatkan "tiket". Bola yang memenuhi standar FIFA ini, dipasok oleh pabrik bola PT Sinjaraga Santika Sport yang berlokasi di Majalengka, Jawa Barat. Tepatnya di Desa Liang Julang, Kecamatan Kadipaten.
Momentum bersejarah untuk pertama kalinya adalah pada perhelatan Piala Dunia di Perancis tahun 1998. PT Sinjaraga Santika Sport memproduksi bola resmi Piala Dunia Perancis 1998.
Pada saat itu harga per unit bola Telstar 18 ini seharga 8 USD. "Harga segitu sudah besar," kata Irwan Saputra, pendiri PT Sinjaraga Santika Sport.
Tentu saja dengan demikian Triple S (sebutan untuk PT Sinjaraga Santika Sport) membawa nama harum Indonesia di kancah internasional. Karena segala sesuatu yang terkait dengan Piala Dunia selalu disorot eksistensi nya. T shirt, sepatu, dan sebagainya.
Irwan Saputra mengungkap kembali kebanggaannya mengapa dulu pabriknya ditunjuk FIFA sebagai penyuplai bola Piala Dunia.
Seperti yang diceritakannya, Irwan Saputra ini dulunya adalah seorang pelatih tenis. Berhubungan dengan profesinya itu, Irwan pun memasarkan peralatan tenis, mayoritas ke seluruh Indonesia. Irwan menceritakan bahwa dia bekerjasama dengan orang Korea.
Belum berhasil melewati babak kualifikasi, akan tetapi bola Made in Indonesia sudah beberapa kali ikut serta merayakan perhelatan paling besar sepakbola itu dengan memasok bola ke Piala Dunia.
Olahraga sepakbola memang olahraga yang paling banyak penggemarnya dan paling banyak menyedot perhatian manusia di seluruh dunia.
Berhubungan dengan itu, Indonesia mendapatkan "tiket". Bola yang memenuhi standar FIFA ini, dipasok oleh pabrik bola PT Sinjaraga Santika Sport yang berlokasi di Majalengka, Jawa Barat. Tepatnya di Desa Liang Julang, Kecamatan Kadipaten.
Momentum bersejarah untuk pertama kalinya adalah pada perhelatan Piala Dunia di Perancis tahun 1998. PT Sinjaraga Santika Sport memproduksi bola resmi Piala Dunia Perancis 1998.
Pada saat itu harga per unit bola Telstar 18 ini seharga 8 USD. "Harga segitu sudah besar," kata Irwan Saputra, pendiri PT Sinjaraga Santika Sport.
Tentu saja dengan demikian Triple S (sebutan untuk PT Sinjaraga Santika Sport) membawa nama harum Indonesia di kancah internasional. Karena segala sesuatu yang terkait dengan Piala Dunia selalu disorot eksistensi nya. T shirt, sepatu, dan sebagainya.
Irwan Saputra mengungkap kembali kebanggaannya mengapa dulu pabriknya ditunjuk FIFA sebagai penyuplai bola Piala Dunia.
Seperti yang diceritakannya, Irwan Saputra ini dulunya adalah seorang pelatih tenis. Berhubungan dengan profesinya itu, Irwan pun memasarkan peralatan tenis, mayoritas ke seluruh Indonesia. Irwan menceritakan bahwa dia bekerjasama dengan orang Korea.
"Jika Anda bisa membuat pabrik bola berstandar internasional, maka jumlah tenaga kerja sejumlah 5.000 orang itu terbilang masih sedikit (partner orang Korea Irwan)," kata Irwan, Sabtu (6/3/2021) di talk show PRFM, berjudul "Triple S Bola Extravaganza, dari Majalengka Untuk Dunia".
Irwan dapat memahami maksud rekannya itu, lalu mengikuti pelatihan bersama. Hati Irwan seketika bangkit lagi untuk membuat pabrik bola agar dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak penduduk Majalengka.
Irwan berharap pada saat itu, dengan dibuatnya pabrik bola, maka akan membangkitkan gairah industri, khususnya yang berkaitan dengan sepakbola di kedepannya.
Singkat cerita, ketika Triple S mulai memproduksi bola, pihak FIFA menguji bola milik pabrik Irwan. Irwan menceritakan bola itu diuji sampai 1000 kali sepakan.
Ada 7 tujuh uji untuk mengetes kelayakan bola ini. Ketujuhnya adalah shape and size retention, loss of pressure, weight, water absorption (sarapan air), rebound (pantulan bola), sphericy, dan circumference.
"Biaya ujinya saja Rp 250 juta, itu kalau berhasil lulus," kata Irwan.
Tidak hanya sampai di situ, setelah lolos tes, bola harus diasuransikan, memakan biaya jutaan USD. Setelah lulus semua, maka Irwan harus membayar royalti sejumlah hitungan USD.
Akhirnya Irwan memang lolos semua pada keseluruhannya. Bola yang ditulisi Made in Indonesia itu dikirimkan Triple S juga ke Piala Dunia Brasil 2014, tapi bukan untuk laga resmi, melainkan untuk acara-acara pendukung, seperti cinderamata, sponsor, dan sebagainya.
Triple S mengirimkan 1 juta bola untuk aktivitas sponsor ke Brasil. "Satu sponsor bisa memesan 25-50 ribu bola," kata Irwan.
Dalam sebulan Triple S biasanya mampu memproduksi bola 100 ribu dengan harga jual 5-15 USD per unitnya. Atau sekitar Rp 70.000 sampai Rp 210.000.
Hingga kini pabrik Irwan masih terus memproduksi bola berstandar FIFA. Irwan, Majalengka, Indonesia, boleh bermegah diri.
Pada kesempatan menerima kunjungan Presiden Argentina ke Indonesia beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi memberikan cinderamata di Istana Negara kepada Mauricio Macri berupa bola buatan Triple S.
Brazuca adalah nama bola untuk Piala Dunia Brasil 2014, lainnya adalah bola Jabulani untuk Afrika Selatan 2010, bola Teamgeist untuk Jerman 2016, Fevernova untuk Korea-Jepang 2002, dan bola Tricolore untuk World Cup 1998. Juga di Piala Dunia 2018.
Dalam semua perhelatan di sana, Triple S juga selalu memasok bola.
Bola merupakan hal yang paling penting dalam permainan sepakbola. Jika tidak ada bola, bagaimana para pemain mau main. Jika dulu bola dibuat dari kulit dan dibuat secara sederhana. Namun bola kini sudah berevolusi lebih rumit dan dirancang dengan menggunakan hukum-hukum fisika.
Bukan saja di Piala Dunia, bola Triple S juga digunakan di Piala Eropa.
Selain perhelatan akbar, Triple S juga sering mendapatkan pesanan dari Uni Emirat Arab, Amerika Latin, Jepang, Brasil, dan Korea.
Sumber : Kompasiana.com
0 Comments