infomjlk.id - Hujan sore kemarin membekas sampai hari ini, air itu jatuh, menggenang, merangsek masuk pada tiap-tiap lubang relung jiwa. Jauh dari hiruk pikuk ramainya Jatiwangi, di pelosok Desa Burujul Kulon saya menemukan harapan dari anak-anak ini, tentang masa depan dan impian yang belum diwujudkan. tentang nostalgia, pada apa-apa yang terjadi di kehidupan masa kecil, tentang kekhawatiran perubahan yang begitu cepat di kota ini. Mau seperti apa kota ini lima sepuluh tahun ke depan? bagaimana cara kita mengisinya? bagaimana cara kita menjaga dan merawat anak serta adik-adik kita? Begini pengalamanku bertemu anak-anak desa Burujul Kulon.
Anak-anak ini dirawat oleh Rumah Ramah, organisasi non profit yang fokus pada wilayah edukasi anak-anak kecil. Meskipun, harus berusaha ekstra untuk menemukan alamat Rumah Ramah, ditambah hujan yang terus turun, menemani setiap langkah kecil ini. Sempat muncul keragu-raguan, “Paling hujan begini, anak-anaknya juga enggak akan hadir,” dalam hati. Ketika sudah dekat, samar-samar terdengar hingar bingar suar tawa anak-anak kecil. Dengan baju basah, diam-diam saya sampai di sana ketika acara sedang berlangsung. “Anak-anak, ini namanya gula cakar,” kata pemandu.
Diberi tajuk “Menakar Potensi Kampung Sendiri.” Acara ini digagas Telusur Muda (Temu) bersama Rumah Ramah Majalengka. “Setelah sekian lama, kegiatan kami dilaksanakan di kota (Majalengka) dan bersama anak-anak muda. Kali ini kami ingin mencoba sesuatu dan dari sudut pandang yang berbeda.” keterangan Cep Iiz, perwakilan Temu, kepada infoMJLK. “Bagaimana pun, kita bakal mengisi ekosistem masa depan dengan generasi (anak-anak kecil) ini. Kebetulan juga, ini memperingati Isra Mi’raj.” timpalnya.
Mobil harus ditaruh di depan, dan kami berjalan cukup jauh. Beberapa meter setelahnya, ada pesawahan Burujul Kulon yang membentang luas sejauh cakrawala. “Di sawah itu, memperingati agustus kemarin, kita mengadakan kemah bersama. Acara tersebut juga dihadiri oleh Kepala Desa Burujul Kulon,” tutur Lela, founder Rumah Ramah. Rumah ramah sendiri sudah berdiri lebih dari 1 tahun, dan sangat aktif berkegiatan di dalam perjalanannya. “Minggu depan kami membuat acara dengan Kampung Dongeng.”
“Kegiatan ini mengangkat tema tentang gula cakar, mengingat gula cakar merupakan olahan khas Majalengka yang cukup melegenda. Kegiatan digagas dengan tujuan memperkenalkan olahan khas Majalengka tersebut kepada generasi anak-anak ini. “ keterangan Cep Iiz.
Kembali ke acara, Lela dan Cep Iiz sedang membagi-bagikan susu murni dari peternakan Majalengka, yang akan anak-anak campurkan dengan gula cakar sebagai pemanisnya. Mereka baru saja selesai mewarnai gambar dengan warna masing-masing. Ada Mahfud yang bercita-cita ingin jadi Presiden Republik Indonesia, ada Enok yang bawel dan narsis, ada Faqih yang terus-menerus mengambil gula cakar dan memakannya mentah-mentah. Melihat Mahfud, Enok dan Udin, bersama canda tawa mereka, entah bagaimana dingin yang menusuk ini berubah kehangatan. “Kemudian hari tentu akan menjadi generasi penerus yang turut membangun dan mencintai Majalengka.” tutup Cep Iiz.
1 Comments
Huhu Terimakasih banyak terharu🥲,ngga nyangka, dengan diterimanya kami menjadi salah satu semangat kami untuk terus berlanjut, doakan yaa✨
ReplyDelete