infomjlk.id - Setelah sebelumnya membahas pendukung Manchester City, kini saatnya beralih ke petarung lain di sudut ring Final Liga Champions 2022/23: Inter Milan. Tim Biru Hitam meraih tiket ke Istanbul pasca lalui adangan dua kompetitor Iberia – FC Porto dan Benfica – serta saudara sekotanya AC Milan. Meski dilabeli dapat undian “mudah”, mereka kini hanya berjarak 90 menit waktu normal saja dengan Si Kuping Besar. Yaa asal bisa kangkangi City, itu jugaaaa..
Beda dengan lawannya di final yang masih polos, Inter Milan sudah punya pengalaman juarai kompetisi ini. Di 2010, Inter merengkuh treble – selain Liga Champion mereka juga sabet titel Serie A dan Coppa Italia - sesuatu yang tengah coba digapai City musim ini. Beberapa figur kuncinya antara lain Diego Milito, Esteban Cambiasso, Wesley Sneijder dan Maicon Douglas.
Mungkin baraya yang jagokan Inter juga telah memasukkan kisah itu sebagai bumbu ngecap obrolan sambil lalu khas tongkrongan. Atau ada sesuatu yang lain, dorongan bawah sadar yang bikin kalian terhipnotis dan optimis akan kembalinya kejayaan La Beneamata? Seperti lima motif alternatif di bawah ini, misalnya.
Satu = Kamu tuh romantis. Bukan rokok, makan, tahu petis dong. Via KBBI, romantis berarti mesra dan mengasyikkan. Lebih mengasyikkan mana melihat tim juara adalah yang-pemiliknya-terancam-bangkrut-gegara-utang-lima triliun rupiah atau yang-pemiliknya-punya-klub-franchise-di mana-mana?
Sedari menyusun skuad saja, Simone Inzaghi dan Beppe Marotta – pelatih utama dan CEO Inter - harus banyak berkaca pada neraca keuangan sambil tetap bersaing secara domestik maupun luar negeri.
Mulai dari mengendus daun muda yang mulai naik dalam diri Fede Dimarco dan Raoul Bellanova; atau pemain “gratisan” seperti Francesco Acerbi dan Andre Onana. Narasi sukses macam ini jelas lebih romantis ketimbang kemenangan mereka yang dianugerahi privilege berlebih (Halo City, Halo PSG).
Yang kedua kamu orangnya penyuka kejutan. Bersambung dari paragraf sebelumnya, sudah tentu laju Inter ke final dan kesempatannya jadi jawara itu bikin terperangah publik. Inter 2010 memang cukup mengejutkan. Namun di dalamnya, masih ada skuad bercokol bintang yang punya DNA juara dan salah satu pelatih paling disegani seantero Eropa bahkan dunia – yang nama pertamanya Jose itu lho.
Sedangkan Inter yang ini musim lalu babak belur disalip Milan di tangga Scudetto. Musim ini malah sempat duduki kursi kelima klasemen medio Maret-April kemarin. Inzaghi sempat diberitakan tinggal menghitung hari. “Hari apa?” tanyanya dalam hati. Hari mengangkat trofi Liga Champion dong. Ciee halu ciee..
Pasti kamu suka kisah underdog di nomor tiga. Lagi-lagi cerita Inzaghi, pria 47 tahun dengan potongan belah dua. Selama jadi pemain, selalu ia jadi bayangan Filippo, abangnya yang sohor sebagai striker oportunis dengan selebrasi hiperaktif. Sampai akhirnya mereka berdua gantung sepatu dan roda nasib berputar. Langkah gagahnya bersama Inter, dan konsistensi Lazio periodenya, buat ia (hingga saat ini paling tidak) lebih tokcer sebagai pelatih ketimbang Pippo. Final esok tentu bisa jadi penebalan atas alur cerita underdog miliknya, baik itu menang maupun kalah.
Lalu ada Dzeko, sang cadangan abadi City yang “tersisih” ke Italia. Lukaku, striker reject Chelsea dan Manchester United. Darmian serta Mkhitaryan juga punya historis itu bersama United. Lautaro Martinez acapkali disebut angin-anginan, disalip Julian Alvarez di tim nasional dan momen Qatar paling diingat darinya barangkali adalah dua peluang hampir gol di perpanjangan waktu lawan Prancis.
Tak ada tim yang lebih underdog selain Inter dari empat kontestan di semifinal lalu, dari mulai pemilik, pelatih hingga jajaran pemainnya.
Atau, keempat, kamu biasa bersikap taktis. Berbeda dengan gaya main City yang didasari penguasaan bola dan aktif mengorek celah yang lawan punyai, Inter justru lebih efektif dalam serangan kilat.
Pemain kunci mereka adalah Nico Barela, gelandang mungil bertenaga hulk, dan Alessandro Bastoni, bek tengah modern yang mampu inisiasi serangan via bola panjang nan tajam. Bastoni ini juga tak kikuk untuk giring bola ke depan.
Gol-gol juga tak hanya bergelontoran dari striker mereka. Para pemain dari lini kedua cakap memanfaatkan peluang di daerah berbahaya lawan; lewat skema open-play atau bola mati. Antara Fede Dimarco dan Denzel Dumfries saja total 17 gol yang tercipta. Jika alpa bertahan, ancaman bagi City bisa hadir dari mana saja.
Terakhir, sederhana saja**, kamu pendukung Bayern Munchen, Real Madrid atau Manchester United**. Emang keren sih, tapi rela dukung City?
Referensi:
https://www.vidio.com/watch/7499416-mini-match-inter-vs-milan-uefa-champions-league-2022-23
https://www.cityfootballgroup.com/our-clubs/
https://football-italia.net/moratti-i-wouldve-fired-inzaghi-at-inter-and-made-a-mistake/
https://thesefootballtimes.co/2021/02/19/filippo-and-simone-inzaghi-equilibrium-at-last/
https://www.youtube.com/watch?v=emzXWWQvezQ
https://themastermindsite.com/2023/05/19/simone-inzaghi-inter-milan-tactical-analysis-2022-23/
Raka Langit
0 Comments