infomjlk.id — Bulan September merupakan bulan kelam bagi Indonesia, yang mana bulan tersebut banyak sekali merekam peristiwa menyeramkan.
Hampir di setiap tahunnya, saat bulan September datang banyak tagar-tagar bertulisakan ‘’September Hitam’’ muncul dan menyambut serta mengenang banyaknya peristiwa kemanusiaan juga pelanggaran HAM yang terjadi Indonesia.
Beberapa peristiwa tersebut di antaranya mencakup:
KEMATIAN MUNIR
‘’Munir bukan nama orang tapi munir ialah nama sejarah’’ sebutan yang di berikan oleh Rocky Gerung, memang sangat menyakitkan apabila mendengar kasus munir yang di bunuh karena benar. Munir dikenal karna keberaniannya melawan, membeberkan dan menyelesikan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang ada di Indonesia. Dari 26 September 2015 hingga hari ini kasus yang bertahun-tahun itu tidak mengalami perkembangan kurang lebih sudah 19 tahun berlalu hingga masuk masa kardaluarsa. Komnas HAM menjanjikan di 2023 bahwa kasus selesai di selidiki secara pro justitia, ujar Eksekutif Amnesty International Indonesia. Kesimpulan dari kasus ini ialah hak warga negara dalam mendapatkan kebenaran belum dipenuhi Pemerintah.
TRAGEDI TANJUNG PRIOK
Pelanggaran HAM dilakukan aparat pemerintah terhadap warga Tanjung Priok pada masa orde baru yang terjadi pada tanggal 12 September 1984, bermula dari seorang oknum ABRI yang beragama non Islam yaitu sersan satu Hermanu mendatangi masjid untuk menyita pamflet yang mengkritik pemeritahan. Tindakan Hermanu dengan cara masuk masjid tanpa melepas sepatu hingga menyiram air comberan got tentu saja hal ini menyinggung perasaan masyarakat yang akhirnya menimbulkan percekcokan hingga penembakan terhadap massa yang melakukan aksi. Tentu saja ini menjadi pelanggaran HAM berat. dan setelah 39 tahun kejadian ini berlalu tidak ada pemenuhan hak atas keadilan dan kebenaran.
TRAGEDI SEMANGGI II
Tragedi Semanggi II menjadi salah satu episode kelam dalam sejarah Indonesia, ketika aksi protes mahasiswa di kawasan Semanggi, Jakarta, pada 24 September 1999 berakhir dengan kekerasan yang tragis. Dalam insiden ini, aparat keamanan melakukan tindakan represif terhadap para demonstran yang menggelar unjuk rasa menuntut reformasi politik dan keadilan.
RANDI DAN YUSUF DITEMBAK
Randi dan Yusuf, dua mahasiswa Papua, menjadi korban penembakan oleh aparat keamanan di Makassar, Sulawesi Selatan, dalam konteks protes yang berlangsung pada 26 September 2019. Kedua mahasiswa tersebut terlibat dalam aksi demonstrasi yang menuntut hak-hak rakyat Papua dan menolak tindakan represif terhadap demonstran di wilayah mereka. Penembakan yang menewaskan Randi dan Yusuf menambah daftar panjang kekerasan yang menimpa aktivis dan mahasiswa di Indonesia.
PEMBUNUHAN SALIM KANCIL
Pada 26 September 2015, Salim Kancil, seorang petani dan aktivis lingkungan asal Lumajang, Jawa Timur, dibunuh secara brutal oleh sekelompok orang yang diduga memiliki hubungan dengan kepentingan tambang pasir di daerahnya. Salim Kancil dikenal karena perjuangannya melawan eksploitasi tambang yang merusak lingkungan dan mengancam kehidupan masyarakat lokal.
TRAGEDI G30S PKI
Pembantaian di Indonesia yang terjadi antara 1965 dan 1966 merujuk pada peristiwa kekerasan massal terhadap individu yang dicurigai sebagai pendukung komunisme, terjadi setelah kegagalan kudeta yang dilakukan oleh Gerakan 30 September. Sebagian besar sejarawan sepakat bahwa jumlah korban yang terbunuh dalam peristiwa ini mencapai setidaknya setengah juta orang.
REFORMASI (Masih) DI KORUPSI
Di nilai tak berintegritas, aksi yang melibatkan mahasiswa, buruh dan penggiat anti korup menolak pengesahan revisi undang-undang komisi pemberantasan korupsi (UU KPK) dan kitab undang-undang hukum pidana dan RUU yang kontroversial. Rancangan undang-undang yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat kecil, mulai dari di sahkannya RUU Minerba yang oleh masyarakat sipil dinilai berpotensi melindungi koruptor di sektor tambang, di keluarkannya RUU penghapusan kekerasan seksual, hingga pembahasan RUU Cipta Kerja.
Dari beberapa rentetan peristiwa yang memunculkan tagar #septemberhitam menjadi salah satu bukti bahwa janji politik presiden terkait penuntasan kasus pelanggaran HAM untuk di ungkap kebenarannya, tak kunjung di realisasikan oleh negara. September hitam mejadi bentuk pengingat serangkaian sejarah yang harus tetap kita ingat akan sejarah kelam yang pernah terjadi di Indonesia, dan menjadikan pembelajaran bahwa keadilan harus tetap di tegakkan walaupun nyawa yang harus menjadi taruhannya. Tagar ini bukan sekedar tagar, melainkan juga sebuah bentuk perlawanan yang menjunjung tinggi martabat korban kebengisan penguasa negeri ini.
0 Comments